Langsung ke konten utama

Kalimat dalam Bahasa Indonesia dan Pembagiannya




BAHASA INDONESIA
KALIMAT DAN PEMBAGIANNYA

OLEH:
YULIASTI
NIM: 20100116052


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2016/1017
 


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini.
Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul  “Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karena penulis sendiri dalam tahap belajar. Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terima kasih, kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
Gowa, Desember 2016
Penulis,


Yuliasti


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                        1
DAFTAR ISI                                                                                       2
PENDAHULUAN                                                                              3
A. Latar Belakang                                                                                3
B. Rumusan Masalah                                                                           4
PEMBAHASAN                                                                                 5
A. Pengertian Kalimat                                                                         5
B. Pola Dasar Kalimat                                                                         6
C. Jenis Jenis Kalimat                                                                          9
D. Kalimat Inti Dan Inti Kalimat                                                        21
E. Kalimat Efektif                                                                               22
PENUTUP                                                                                           25
A. Kesimpulan                                                                                     25
B. Saran                                                                                               25
DAFTAR PUSTAKA                                                                         26



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan maupun tulisan diungkapkan melalui rankaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai symbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara funsional saling berhubungan sebagai satu system. Satuan terkcil yang mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, dan juga intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturnya. Hal ini menunjukkan bahwa  jika proses penyampaian kalimat sudah tepat, maka dengan sendirinya dapat berbahasa dengan baik sehingga proses pembicaraan berjalan lancar.
Dalam memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir semester maka penulis menyusun makalah ini sebagai bentuk tugas akhir Bahasa Indonesia dari semester ini.
Hal inilah yang menarik penulis untuk berusaha memberikan pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia dengan maksud agar kita mampu berbahasa yang baik dan sekaligus untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh  Dosen Bahasa Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari kalimat dalam bahasa Indonesia?
2.      Bagaimanakah pola dasar dari kalimat?
3.      Apa sajakah jenis-jenis dari kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Kalimat yang baik dan benar mengandung unsur-unsur kalimat yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel).
Agar bisa membuat kalimat yang baik dan benar, kita harus mengerti pengertian dan fungsi dari unsur-unsur kalimat. Berikut ini adalah unsur-unsur kalimat yang membentuk sebuah kalimat.
Unsur- Unsur Kalimat
1.      Subjek (S)
Di dalam sebuah kalimat Subjek (S) adalah pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang, binatang, tumbuhan, dan benda. Contoh: Budi, gajah, anggrek, sekolah dan lain-lain.

2.      Predikat (P)
Predikat adalah unsur kalimat yang menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh Subjek. Predkat biasanya merupakan kata-kata kerja. Misalnya, memasak, bermain, menyanyi, dan lain-lain.

3.      Objek (O)
Objek adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh subjek. Sama seperti subjek, objek dapat berupa kata-kata benda. Misalnya, Ayah, harimau, pakaian, dan lain-lain.

4. Keterangan (K)
Di dalam sebuah kalimat keterangan menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Keterangan didalam kalimat dapat berupa:
Keterangan tempat      = di rumah, di sekolah, di pasar, dan lain-lain.
Keterangan cara          = dengan serius, dengan bersemangat, dan lain-lain
Keterangan tujuan       = agar lulus ujian, supaya bersih, dan lain-lain
Keterangan alat           = mengendara motor, menggunakan sekop, dan lain-lain.
Keterangan waktu       = Jam 9 malam, pada musim kemarau dan lain-lain.
Keterangan penyerta   = dengan ibunya, ditemani kakaknya, dan lain-lain.

5. Pelengkap (Pel)
Pelengkap adalah unsur kalimat yang fungsinya seperti objek (O) tetapi yang membedakannya adalah pelengkap tidak bisa dirubah menjadi subjek pada kalimat pasif. Pelengkap biasanya terletak setelah predikat atau objek.
Contoh:
Ia memakai baju yang bagus
Ember itu berisi minyak tanah.

B.     Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita digunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam jumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita digunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe, yaitu:
1.      Kalimat Dasar Berpola S P
            Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
*Mereka / sedang bekerja
*Pamannya / pemain bola.
*Gambar itu / bagus
*Peserta penataran ini / empat puluh orang.
2.      Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki objek, subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang makan  / sarapan pagi
   S                     P                      O
3.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya:
Saya / beternak / ayam
 S          P            Pel
4.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya:
Saya /  makan /  apel /  yang manis
 S            P         O        Pel
5.      Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya;
Saya /  makan / dengan lahap
    S         P            K
6.      Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya;
Saya / makan / apel / dengan lahap
 S          P         O         K
7.      Kalimat Dasar Berpola  S P Pel K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Saya / memakan / yang manis /dengan lahap
  S         P             Pel               K
8.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Saya / makan  / apel / yang manis / dengan lahap
  S            P        O        Pel                  K
C.    Jenis Jenis Kalimat
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (1) jumlah klausa pembentuknya, (2) fungsi isinya, (3) kelengkapan unsurnya, (4) susunan subjek dan predikatnya, (5) sifat hubungan aktor-aksi, dan (6) berdasarkan pengucapan
1.      Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya 
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua macam, yaitu: (a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.

(a)   Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda klausa. Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan. 
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh:
1.      Kami mahasiswa UIN Alauddin Makssar (kalimat nominal)
2.       Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva)
3.      Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)
4.      Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral)

(b)   Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(1)   Kalimat majemuk setara/koordinatif 
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau lebih yang kedudukannya setara.Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya,dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara: 
                  
Jenis Hubungan
Fungsi
Kata Penghubung
1. Penghubung
menyatakan penjumlahan atau gabungan kejadian, kegiatan, peristiwa, dan proses
dan, serta, baik, maupun
2.Pertentangan
mbahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan
3. Pemilihan
menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan
atau
4. Perurutan
menyatakan kejadian yang berurutan
lalu, kemudian

Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif:
1.      Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
2.      Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3.      Sinta cantik, tetapi sombong.
4.      Lia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.

(2)   Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif 
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru. Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal
a.       Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau tidak mengalami perubahan).
b.      Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat baru. Anak kalimat ditandai  pemakaian kata penghubung dan bila mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda baca koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa, konjungtor, dan fungsinya dalam kalimat majemuk bertingkat.


Jenis Hubungan
Kata Penghubung
a.waktu
sejak, sedari, sewaktu,
sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
b.syarat
jika(lau), seandainya,
an-daikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilaman, manakala
c.tujuan
agar, supaya, untuk, biar
d.konsesif
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
e.pembandingan
seperti, bagaikan, laksa-na, sebagaimana, dari-pada, alih-alih, ibarat
f.penyebaban
sebab, karena, oleh karena
g.pengakibatan
sehingga, sampai-sampai, maka
h.cara/alat
dengan, tanpa
i.kemiripan
seolah-olah, akan
j.kenyataan
Padahal
k.penjelasan
Bahwa
l.hasil
Makanya

Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :
1.      Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan kader-kader yang  tangguh.
2.      Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3.      Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit rumah susun belum berpenghuni.
4.      Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
5.      Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi.
6.      Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
7.      Tempat itu kotor, makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
8.      Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
9.      Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.
10.  Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

(3)   Kalimat Majemuk Campuran 
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1.    Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.    Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.    Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)

2.      Jenis kalimat Menurut Fungsinya
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam, yaitu: kalimat berita (deklaratif), kalimat Tanya (introgatif), kalimat perintah (imperatif), dan kalimat seru (ekslamatif).

(a)    Kalimat Berita (Deklaratif) 
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai  untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu: bersifat bebas, boleh langsung atau tak langsung, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Contoh:
1.      Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
2.      Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.

(b)    Kalimat Tanya (Introratif) 
Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi. Ciri–ciri kalimat tanya, yaitu: diakhiri tanda Tanya (?), berintonasi naik dan sering pula hadir kataapa (kah), bagaimana, dimana, siapa, yang mana, dan lain-lain. Contoh:
1.      Apakah barang ini milikmu?
2.      Kapan adikmu kembali ke Indonesia?

(c)     Kalimat Perintah (Imperatif) 
Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, dan kalimat perintah pembiaran. Contoh:
1.      Tolonglah bawa motor ini ke bengkel. (k.perintah halus)
2.      Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
3.      Jangan buang sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)
4.      Mohon hadiah ini kamu terima. (k.perintah permohonan/permintaan)
5.      Ayolah, kita belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
6.      Biarlah dia pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)

(d)    Kalimat Seru (Ekslamatif) 
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh:
1.      Hai, ini dia orang yang kita cari!
2.      Wah, pintar benar anak ini!

3. Jenis Kalimat menurut Kelengkapan Unsurnya 
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu: kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).

(a)    Kalimat Sempurna (Mayor) 
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas (Cook, 197: 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat  majemuk. Contoh:
1.      Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal)
2.      Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu. (K.S. dilihat dari kalimat majemuk bertingkat.

(b)    Kalimat Tak Sempurna (Minor) 
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor, dan seruan. Contoh:
a.       “Maksudmu?”
b.      “Ayah di Sumatera Utara.”

4. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yuitu: kalimat versi dan kalimat inversi.

(a)    Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa. Contoh:
1.      Dokter menangani pasien itu dengan baik.
2.      Mereka bersalaman.

(b)    Kalimat InversiI 
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh:
1.      Matikan televisi itu.
2.      Tidak terkabul permintaannya.

5. Kalimat menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi.   
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat yaitu: (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal.

(a)    Kalimat Aktif 
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor (Cook, 1971: 49). Kalimat aktif umumnya berawalan  me- dan ber- pada P-nya. Contoh:
1.      Anto mengambil buah mangga.
2.      Adik bermain bola.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
·         Kalimat Aktif Transitif 
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif)
·         Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.

(b)    Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh:
1.      Piring dicuci Anita.
2.      Adik terjatuh di kamar mandi.
3.      Suaranya kedengaran ke sana.

Kalimat pasif terbagi menjadi tiga, yaitu:
·         Kalimat Semi Transitif 
Kalimat semi transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
·         Kalimat Pasif Biasa 
Kalimat pasif biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
Sampah dibuang Rina.
Barang itu dijual paman.
·         Kalimat Pasif Zero 
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)
Contoh:
Akan saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.

(c)     Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan atau sebagai penderita (objek). Contoh:
1.      Dia menghibur dirinya.
2.      Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
3.      Mereka menyusahkan diri sendiri.

(d)    Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh:
1.      Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
2.      Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.

6. Kalimat berdasarkan Pengucapan
            Kalimat berdasarkan pengucapannya dibagi menjadi dua, yaitu kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
(a)   Kalimat Langsung
Kalimat langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
"Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini." kata Ayah;
Rima mengatakan, "Rama berusahalah dipertandingan nanti."
Kalimat Perintah
Ibu berkata, "Budi tutup pintu itu!".
Kalimat Tanya
"Siapa yang membuat prakarya itu?". Tanya Pak guru

(b)   Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
-          Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
-          Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.
-          Ibu meminta saya menutup pintu itu.

D.    Kalimat Inti dan Inti Kalimat
Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
Syarat-syarat kalimat inti:
1.      Terdiri dari dua suku kata
2.      Berpola S dan P
3.      Intonasi netral
Syarat-syarat inti kalimat:
1.      Terdiri dari tiga suku kata
2.      Berpola S-P-O
3.      Intonasi netral
Contoh :
a)      Adik saya yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa  Mandarin
Kalimat inti: Adik mempelajari
Inti kalimat: Adik mempelajari bahasa Mandarin
b)      Penelitian-penelitian mutakhir memusatkan perhatian pada  makanan dari soya, yang ternyata dapat membantu mencegah kanker payudara.
Kalimat inti: Penelitian - penelitian memusatkan
Inti kalimat: Penelitian - penelitian memusatkan perhatian

E.     Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang  dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat  efektif memiliki diksi (pilihan kata) yang  tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai  ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata. Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.

(1)    Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai kalimat yang jelas.  Contoh:
·         Bagi yang tidak berkepentingan  dilarang  masuk. (salah)
                        K                                   P
·         Yang  tidak  berkepentingan  dilarang  masuk. (benar)
S                                              P
(2)    Kepaduan 
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-K. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
·         Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (tidak mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
·         Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas). (benar)
·         Kami telah membicarakan tentang hal itu. (salah)
·         Kami telah membicarakan hai itu. (benar)

(3)    Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu. Umpamanya alam sebuah perincian, jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja)  dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:
·         Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan membuat tali air. (salah)
·         Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan desa, dan membuat tali air. (benar)
·         Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
·         Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)

(4)    Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/kecocokan  pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
·         Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
·         Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)

(5)    Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:
·         Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
·         Hanya ini yang  dapat saya berikan. (benar)
·         Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)

(6)    Kelogisan 
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian. Contoh:
·         Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57. (salah)
Alasan: Seolah-olah ada 57 negara  Republik Indonesia.
·         Hari kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
·         Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan. (salah)
Alasan: Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
·         Bapak  Gubernur kami persilahkan. (benar)


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
1.        Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
2.        Pola dari kalimat terbagi menjadi delapan, antara lain yaitu: S-P, S-P-O, S-P-O-K, S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel-K, S-P-Pel-K.
3.        Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.

B.     SARAN
Agar bisa menjadi sebuah makalah yang baik sudah sepatutnya penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca, karena penulis paham akan makalah ini yang masih jauh dari harapan, kritik maupun saran yang anda kirimkan menjadi pembelajaran bagi penulis di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 12 Bahasa Indonesia. 2016. Kalimat Bahasa Indonesia. Makassar:         UINAM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits tentang Larangan Korupsi dan Kolusi

  HADITS TARBAWI HADIS LARANGAN KORUPSI DAN KOLUSI Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi yang dibimbing oleh Bapak Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I OLEH: KELOMPOK 8 Nur Annisa                              NIM: 20100116066 Sitti Fatimah S                        NIM: 20100116062 Yuliasti                                    NIM: 20100116052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2016/1017 LARANGAN KORUPSI DAN KOLUSI A.     Hadits tentang Larangan Menyuap 1.       Teks Hadits حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَيِيْهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ - صل الله عليه وسلم - الرَّاشِى وَاْلمُرْتَشِى فِى اْلحُكْمِ 2.       Terjemahan Hadits “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awan

Sholat Sunnah Isyraq

Pengertian Shalat Isyraq  ;adalah shalat sunnah dua raka’at yang dikerjakan setelah matahari terbit sekitar satu tombak, atau kira-kira lima belas menit setelah matahari terbit. Shalat ini memiliki nilai keistimewaan tersendiri jika pra syaratnya dipenuhi yaitu shalat shubuh berjamaa’h yang diteruskan dengan berdzikir hingga menjelang waktu syuruq (matahari terbit).  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ ، وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ (رواه الترمذي Artinya ; “Siapa yang shalat Shubuh dengan berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sehingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang tiga kali).” (HR. Al-Tirmidzi no. 971). Majelis Tarjih Muhammadiyah menjelaskan bahwa isyraq/syuruq,  berasal dari kata syarq yang maknanya timur, terbit, me