BAHASA INDONESIA
KALIMAT DAN PEMBAGIANNYA
OLEH:
YULIASTI
NIM: 20100116052
NIM: 20100116052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2016/1017
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita
semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah
ini.
Berikut
ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”, penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi
penulis sendiri.
Kepada
pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah
ini, penulis mohon maaf, karena penulis sendiri dalam tahap belajar. Dengan
demikian, tak lupa penulis ucapkan terima kasih, kepada para pembaca. Semoga
Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
Gowa, Desember 2016
Penulis,
Yuliasti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
PEMBAHASAN 5
A. Pengertian Kalimat 5
B. Pola Dasar Kalimat 6
C. Jenis Jenis Kalimat 9
D. Kalimat Inti Dan Inti Kalimat 21
E. Kalimat Efektif 22
B. Pola Dasar Kalimat 6
C. Jenis Jenis Kalimat 9
D. Kalimat Inti Dan Inti Kalimat 21
E. Kalimat Efektif 22
PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang
lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan maupun tulisan diungkapkan
melalui rankaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu.
Bahasa sebagai symbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang
secara funsional saling berhubungan sebagai satu system. Satuan terkcil yang
mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang
lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek dan predikat, dan juga intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah
kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika proses penyampaian kalimat sudah tepat,
maka dengan sendirinya dapat berbahasa dengan baik sehingga proses pembicaraan
berjalan lancar.
Dalam memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir semester maka
penulis menyusun makalah ini sebagai bentuk tugas akhir Bahasa Indonesia dari
semester ini.
Hal inilah yang menarik penulis untuk berusaha memberikan pemahaman mengenai kalimat dalam
bahasa Indonesia dengan maksud agar kita mampu berbahasa yang baik dan
sekaligus untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Bahasa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari kalimat dalam bahasa
Indonesia?
2.
Bagaimanakah pola dasar dari kalimat?
3.
Apa sajakah jenis-jenis dari kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Kalimat
yang baik dan benar mengandung unsur-unsur kalimat yang terdiri dari subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel).
Agar bisa membuat kalimat yang baik
dan benar, kita harus mengerti pengertian dan fungsi dari unsur-unsur kalimat.
Berikut ini adalah unsur-unsur kalimat yang membentuk sebuah kalimat.
Unsur-
Unsur Kalimat
1.
Subjek (S)
Di
dalam sebuah kalimat Subjek (S) adalah pelaku atau orang yang melakukan
kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang,
binatang, tumbuhan, dan benda. Contoh: Budi, gajah, anggrek, sekolah dan lain-lain.
2.
Predikat (P)
Predikat
adalah unsur kalimat yang menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh
Subjek. Predkat biasanya merupakan kata-kata kerja. Misalnya, memasak, bermain,
menyanyi, dan lain-lain.
3.
Objek (O)
Objek
adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh subjek. Sama seperti subjek, objek
dapat berupa kata-kata benda. Misalnya, Ayah, harimau, pakaian, dan lain-lain.
4.
Keterangan (K)
Di
dalam sebuah kalimat keterangan menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan
peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Keterangan didalam kalimat
dapat berupa:
Keterangan
tempat = di rumah, di sekolah, di
pasar, dan lain-lain.
Keterangan
cara = dengan serius, dengan
bersemangat, dan lain-lain
Keterangan
tujuan = agar lulus ujian, supaya
bersih, dan lain-lain
Keterangan
alat = mengendara motor,
menggunakan sekop, dan lain-lain.
Keterangan
waktu = Jam 9 malam, pada musim
kemarau dan lain-lain.
Keterangan
penyerta = dengan ibunya, ditemani
kakaknya, dan lain-lain.
5.
Pelengkap (Pel)
Pelengkap
adalah unsur kalimat yang fungsinya seperti objek (O) tetapi yang membedakannya
adalah pelengkap tidak bisa dirubah menjadi subjek pada kalimat pasif.
Pelengkap biasanya terletak setelah predikat atau objek.
Contoh:
Ia
memakai baju yang bagus
Ember
itu berisi minyak tanah.
B.
Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang
kita digunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam jumlah kalimat dasar
yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita digunakan
berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja harus kaidah yang berlaku.
Berdasarkan
keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah
kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat
dibedakan ke dalam delapan tipe, yaitu:
1.
Kalimat
Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau
kata bilangan. Misalnya:
*Mereka / sedang bekerja
*Pamannya / pemain bola.
*Gambar itu / bagus
*Peserta penataran ini / empat puluh orang.
2.
Kalimat
Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar
tipe ini memiliki objek, subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
Mereka / sedang makan /
sarapan pagi
S P O
3.
Kalimat
Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat dan pelengkap. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan
pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya:
Saya / beternak / ayam
S P Pel
4.
Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan
pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya:
Saya / makan / apel /
yang manis
S P O Pel
5.
Kalimat
Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Misalnya;
Saya / makan / dengan lahap
S P
K
6.
Kalimat
Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek dan keterangan. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya;
Saya / makan / apel / dengan lahap
S P
O K
7.
Kalimat
Dasar Berpola S P Pel K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap dan keterangan. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan
keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Saya / memakan / yang manis /dengan lahap
S P Pel K
8.
Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Saya / makan / apel / yang
manis / dengan lahap
S P O
Pel K
C.
Jenis Jenis Kalimat
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut
(1) jumlah klausa pembentuknya, (2) fungsi isinya, (3) kelengkapan unsurnya, (4)
susunan subjek dan predikatnya, (5) sifat hubungan aktor-aksi, dan (6)
berdasarkan pengucapan
1.
Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk
atas dua macam, yaitu: (a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.
(a) Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu berarti hanya
ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda klausa.
Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun O, Pel,
dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat
tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu
dihadirkan.
Berdasarkan
jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat
macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya,
yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh:
1.
Kami mahasiswa UIN Alauddin Makssar (kalimat nominal)
2.
Jawaban
anak pintar itu sangat tepat (kalimat
adjektiva)
3.
Sapi-sapi
sedang merumput (kalimat verbal)
4.
Mobil orang
kaya itu ada delapan (kalimat numeral)
(b)
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan
dari dua atau lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah
kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat
majemuk dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1) Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua
pokok pikiran atau lebih yang kedudukannya setara.Struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya,dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang menghubungkan klausa
dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk
beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel
penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara:
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
1. Penghubung
|
menyatakan penjumlahan atau gabungan
kejadian, kegiatan, peristiwa, dan proses
|
dan, serta, baik,
maupun
|
2.Pertentangan
|
mbahwa hal yang dinyatakan dalam klausa
pertama bertentangan dengan klausa kedua
|
tetapi, sedangkan,
bukannya, melainkan
|
3. Pemilihan
|
menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan
|
atau
|
4. Perurutan
|
menyatakan kejadian yang berurutan
|
lalu, kemudian
|
Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif:
1.
Anto gemar
menulis sedangkan Anita gemar menari.
2.
Engkau
tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3.
Sinta cantik,
tetapi sombong.
4.
Lia
memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift
ke lantai 7.
(2) Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu
kalimat tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru. Dalam
kalimat majemuk bertingkat kita mengenal
a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau
tidak mengalami perubahan).
b. Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat
baru. Anak kalimat ditandai pemakaian kata penghubung dan bila mendahului
induk kalimat dipisah dengan tanda baca koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa, konjungtor, dan
fungsinya dalam kalimat majemuk bertingkat.
Jenis Hubungan
|
Kata Penghubung
|
a.waktu
|
sejak, sedari,
sewaktu,
sementara, seraya,
setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
|
b.syarat
|
jika(lau),
seandainya,
an-daikata,
andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilaman, manakala
|
c.tujuan
|
agar,
supaya, untuk, biar
|
d.konsesif
|
walau(pun),
meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
|
e.pembandingan
|
seperti,
bagaikan, laksa-na, sebagaimana, dari-pada, alih-alih, ibarat
|
f.penyebaban
|
sebab,
karena, oleh karena
|
g.pengakibatan
|
sehingga,
sampai-sampai, maka
|
h.cara/alat
|
dengan,
tanpa
|
i.kemiripan
|
seolah-olah,
akan
|
j.kenyataan
|
Padahal
|
k.penjelasan
|
Bahwa
|
l.hasil
|
Makanya
|
Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :
1.
Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan
penciptaan kader-kader yang tangguh.
2.
Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3.
Pembangunan
rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa
unit rumah susun belum berpenghuni.
4.
Hujan turun
berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota
itu.
5.
Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap
kegiatan ekonomi tidak lesu lagi.
6.
Pengurus lama
berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
7.
Tempat itu
kotor, makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
8.
Dia diam
saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
9.
Semangat
belajarnya tetap tinggi meskipun usianya
sudah lanjut.
10. Aku memahaminya sebagaimana ia
memahamiku.
(3) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang
merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.
Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.
Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti
keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku
dikamar, ketika aku datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)
2.
Jenis kalimat Menurut Fungsinya
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337)
disebutkan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas
empat macam, yaitu: kalimat berita (deklaratif), kalimat Tanya (introgatif), kalimat
perintah (imperatif), dan kalimat seru (ekslamatif).
(a) Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat
berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri
kalimat berita, yaitu: bersifat bebas, boleh langsung atau tak langsung, aktif
atau pasif, tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri
tanda titik (.). Contoh:
1.
Pembagian
beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
2.
Perayaan HUT
RI 63 berlangsung meriah.
(b) Kalimat Tanya (Introratif)
Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh
informasi. Ciri–ciri kalimat tanya, yaitu: diakhiri tanda Tanya (?), berintonasi
naik dan sering pula hadir kataapa (kah), bagaimana, dimana, siapa, yang mana, dan lain-lain. Contoh:
1.
Apakah barang
ini milikmu?
2.
Kapan adikmu
kembali ke Indonesia?
(c) Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan
melarang orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan
diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi
menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah
permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, dan
kalimat perintah pembiaran. Contoh:
1.
Tolonglah
bawa motor ini ke bengkel. (k.perintah halus)
2.
Buka pintu
itu! (k.perintah suruhan)
3.
Jangan buang
sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)
4.
Mohon hadiah
ini kamu terima. (k.perintah permohonan/permintaan)
5.
Ayolah, kita
belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
6.
Biarlah dia
pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)
(d) Kalimat Seru (Ekslamatif)
Kalimat seru
(ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan emosi
yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh:
1.
Hai, ini dia
orang yang kita cari!
2.
Wah, pintar
benar anak ini!
3. Jenis Kalimat menurut Kelengkapan Unsurnya
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat
dibedakan menjadi dua yaitu: kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak
lengkap (minor).
(a) Kalimat Sempurna (Mayor)
Kalimat
sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas (Cook,
197: 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas
maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Contoh:
1.
Ayah membaca
koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal)
2.
Kalau saya
mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu. (K.S. dilihat dari kalimat majemuk
bertingkat.
(b) Kalimat Tak Sempurna (Minor)
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan
predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak
ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor,
dan seruan. Contoh:
a.
“Maksudmu?”
b.
“Ayah di
Sumatera Utara.”
4. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat
dibagi menjadi dua yuitu: kalimat versi dan kalimat inversi.
(a) Kalimat Versi
Kalimat versi
adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan kalimat
tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa. Contoh:
1.
Dokter menangani
pasien itu dengan baik.
2.
Mereka
bersalaman.
(b) Kalimat InversiI
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S
sehingga membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata
kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang
kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang
mempengaruhi makna. Contoh:
1.
Matikan
televisi itu.
2.
Tidak
terkabul permintaannya.
5. Kalimat menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi.
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini
terbagi menjadi empat yaitu: (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat
medial dan (4) kalimat resiprokal.
(a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif
adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor (Cook, 1971:
49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh:
1.
Anto
mengambil buah mangga.
2.
Adik bermain
bola.
Kalimat
aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
·
Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat
diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu
dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami
membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif)
·
Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat
aktif intransitif adalah
kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat pada kalimat
ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat
pasif.
Contoh:
Kami
berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
(b) Kalimat Pasif
Kalimat pasif
adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai
pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh:
1.
Piring dicuci
Anita.
2.
Adik terjatuh
di kamar mandi.
3.
Suaranya
kedengaran ke sana.
Kalimat pasif terbagi menjadi tiga, yaitu:
·
Kalimat Semi Transitif
Kalimat semi transitif adalah jenis kalimat yang
tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur
pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya
menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
·
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif biasa adalah kalimat pasif yang
terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan
dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
Sampah
dibuang Rina.
Barang
itu dijual paman.
·
Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang unsur objek
pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang
lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat
awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata
dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja
yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)
Contoh:
Akan
saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.
(c) Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik
sebagai pelaku dan atau sebagai penderita (objek). Contoh:
1.
Dia menghibur
dirinya.
2.
Wanita itu
menggantung dirinya sendiri.
3.
Mereka
menyusahkan diri sendiri.
(d) Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya
melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh:
1.
Saya sering
tukar-menukar buku dengan si Joni.
2.
Para pembeli
ramai tawar-menawar dengan para pedagang.
6. Kalimat berdasarkan Pengucapan
Kalimat berdasarkan pengucapannya dibagi menjadi dua,
yaitu kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
(a) Kalimat Langsung
Kalimat langsung ialah kalimat yang secara cermat
menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda petik ("..."),
kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa
kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
"Ayah
senang akhirnya kamu lulus ujian ini." kata Ayah;
Rima
mengatakan, "Rama berusahalah dipertandingan nanti."
Kalimat Perintah
Ibu
berkata, "Budi tutup pintu itu!".
Kalimat Tanya
"Siapa
yang membuat prakarya itu?". Tanya Pak guru
(b) Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung ialah kalimat yang mengalami
perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita
yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
-
Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
-
Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan
nanti.
-
Ibu meminta saya menutup pintu itu.
D. Kalimat Inti dan Inti Kalimat
Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P.
Sedangkan inti kalimat adalah kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau
unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
Syarat-syarat kalimat inti:
1.
Terdiri dari
dua suku kata
2.
Berpola S dan
P
3.
Intonasi
netral
Syarat-syarat inti kalimat:
1.
Terdiri dari
tiga suku kata
2.
Berpola S-P-O
3.
Intonasi
netral
Contoh :
a)
Adik saya
yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa Mandarin
Kalimat inti: Adik mempelajari
Inti kalimat: Adik mempelajari bahasa Mandarin
b)
Penelitian-penelitian
mutakhir memusatkan perhatian pada makanan dari soya, yang ternyata
dapat membantu mencegah kanker payudara.
Kalimat inti: Penelitian - penelitian memusatkan
Inti kalimat: Penelitian - penelitian memusatkan perhatian
E. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat
komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata) yang tepat,
tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik
penulisan tanda baca dan penulisan kata. Selain itu kalimat efektif juga memiliki
enam syarat keefektifan, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3)
kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
(1) Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide
pokok (S dan P) sebagai kalimat yang jelas. Contoh:
·
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (salah)
K P
·
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
(2) Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa,
tanda baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-K. Kepaduan juga menyangkut pemakaian
kata tugas yang tepat. Contoh:
·
Kepada setiap
pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (tidak mempunyai subjek/
subjeknya tidak jelas). (salah)
·
Setiap
pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas). (benar)
·
Kami telah
membicarakan tentang hal itu. (salah)
·
Kami telah
membicarakan hai itu. (benar)
(3) Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama
untuk bagian-bagian kalimat tertentu. Umpamanya alam sebuah perincian, jika
unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus
verba. Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus
nomina. Contoh:
·
Kami telah
merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
·
Kami telah
merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)
·
Kakakmu
menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
(salah)
·
Kakakmu menjadi
dosen atau menjadi pengusaha? (benar)
(4) Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/kecocokan pemakaian
unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang
bulat dan pasti. Contoh:
·
Karyawan
teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang.
(salah)
·
Karyawan
teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)
(5) Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan
kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:
·
Hanya ini saja yang dapat
saya berikan. (salah)
·
Hanya ini yang dapat saya berikan. (benar)
·
Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)
(6) Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang
logis/masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh
menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
Contoh:
·
Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57. (salah)
Alasan: Seolah-olah ada 57 negara Republik
Indonesia.
·
Hari
kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
·
Kepada Bapak
Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan. (salah)
Alasan: Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
·
Bapak Gubernur
kami persilahkan. (benar)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
1.
Kalimat
merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S),
predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah
lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
2.
Pola dari
kalimat terbagi menjadi delapan, antara lain yaitu: S-P, S-P-O, S-P-O-K,
S-P-Pel, S-P-O-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel-K, S-P-Pel-K.
3.
Kalimat dapat
dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa
pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan
predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
B. SARAN
Agar bisa menjadi sebuah makalah yang baik sudah sepatutnya penulis
menerima saran dan kritik dari para pembaca, karena penulis paham akan makalah
ini yang masih jauh dari harapan, kritik maupun saran yang anda kirimkan
menjadi pembelajaran bagi penulis di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 12 Bahasa Indonesia. 2016. Kalimat Bahasa Indonesia.
Makassar: UINAM
Komentar
Posting Komentar